Artikel ini mengingatkan saya kepada teman saya waktu SMA sebut saja namanya Cantik (demi privasi maka namanya disamarkan, hehehe). Cantik sekarang umurnya kira-kira 23 tahun, seorang wanita single yang sudah mapan di sebuah kota di Indonesia. Dia punya cita-cita yang cukup tinggi menurut saya, dan itu bagus untuk masa depannya kelak. Saya pun bangga punya teman seperti dia.
Permasalahan datang ketika dia pulang kampung ke rumah orang tuanya, di rumah dia sudah di wanti-wanti (baca: diperingatkan) oleh kedua orang tuanya untuk segera menikah, karena mengingat umurnya memang sudah siap untuk menikah. Selain itu di daerahnya, untuk ukuran Wanita seumuran temanku ini memang harus sudah menikah. Wah dia kelabakan, bingung bagaimana harus bersikap kepada orang tuanya, di lain sisi dia sadar memang harus segera menikah, sementara di sisi lain dia masih punya banyak keinginan yang belum terwujud. Nah akhirnya, dia memutuskan untuk memenuhi keinginan orang tuanya (barang kali orang tuanya sudah kangen sama cucu kali ya?hehehe). Permasalahan muncul kembali pada saat dia memilih siapa yang akan menjadi calon menantu untuk orangtuanya. Setelah ketemu calonnya, permasalahan pun tak serta merta berhenti. Bagaimana bilang ke si-calon agar dia mengerti apa yang dimaksudkan oleh temanku ini. Wah, rumit sekali ternyata permasalahan yang menimpa temanku ini.